Data Buku: Judul Buku : Pakai Jubah? Ceileee!
Tim Penulis : Seminaris, Postulan, Novis
Kata Pengantar : Mgr. I. Suharyo
Cetakan : I, 2008
Penerbit : Kanisius
Begitu banyak kisah panggilan seorang yang terpanggil untuk menjadi imam atau pun biarawan/biarawati. Dari sekian banyak kisah panggilan itu, terungkap beragam cara Allah dalam memanggil orang-orang yang dikehendaki menjadi alat-Nya. Dari sekian banyak cara yang digunakan Allah, peristiwa-peristiwa hidup harian menjadi sarana yang paling nyata dirasakan oleh orang-orang yang merasa diri ”dipanggil” itu.
Seringkali panggilan Allah dikatakan sebagai suatu misteri yang tak dapat ditangkap oleh akal budi manusia. Tak ada orang yang dapat menebaknya. Bahkan seringkali panggilan Allah itu dirasa aneh dan unik. Sesuatu yang tak mungkin bagi manusia, namun tak demikian bagi Allah. Jika Allah menghendaki, maka segalanya akan terjadi. Demikian pula dengan panggilan hidup menjadi imam atau pun biarawan/biarawati.
Coba bayangkan, siapa menyangka bahwa seorang gadis tomboy dan keras kepala merasa terpanggil untuk menjadi suster? Atau, mungkinkah seorang pemuda yang telah berganti-ganti pacar tiba-tiba mau menjadi seorang bruder? Akan menjadi suster/bruder macam apakah mereka ini? Nampaknya hal ini menjadi sesuatu yang mustahil jika hanya kita pikirkan dengan akal. Satu hal yang perlu kita yakini, bahwa Allah tak memandang latarbelakang orang-orang pilihan-Nya, entah kaya atau miskin, tekun atau pun ”ngos-ngosan” dalam beriman, rajin berdoa atau pun kalau terpaksa.
Seringkali kita menganggap bahwa kaum terpanggil adalah orang yang belatarbelakang serba positif dalam beriman, tekun mengikuti kegiatan menggereja, atau pun yang dipandang suci dalam hidupnya. Anggapan ini tidak seluruhnya benar karena ada juga orang-orang yang mempunyai latarbelakang yang sebaliknya pun dipanggil oleh Allah untuk menjadi imam, biarawan dan biarawati. Anggapan ini seringkali menjadi hambatan bagi berkembangnya benih-benih panggilan. ”Masak tampang urakan produk kehutanan kayak gini mau jadi suster? Ya nggak mungkinlah!” (49).
Motivasi awal yang muncul dari diri seorang yang terpanggil bermacam-macam. Ada yang berawal dari hal-hal sederhana yang nampaknya begitu sepele, namun juga ada yang sungguh merupakan motivasi murni yang digerakkan oleh pengalaman iman seorang yang terpanggil. Keduanya menjadi sarana panggilan Allah. Bagi diri si terpanggil, motivasi awal itulah yang menjadi titik tolak untuk menjawab panggilan Allah.
Pengalaman terpanggil inilah yang dikisahkan oleh para seminaris, postulan dan novis dalam buku ini. Seringkali pengalaman terpanggil ini dirasakan aneh, tak masuk akal, namun juga membahagiakan. Bahkan sering terasa lucu kalau dikisahkan. Dari sekian banyak kisah, pengalaman manusiawi yang dialami oleh masing-masing penulis menjadi titik tolak panggilan hidup mereka. Ada yang merasa terpanggil karena pernah diberi permen oleh seorang suster, diajak kunjungan oleh pastor, kekaguman terhadap wibawa seorang bruder, atau bahkan berasal dari pengalaman menyakitkan seperti putus cinta dan kegagalan. Inilah sarana yang digunakan Allah untuk menaburkan benih-benih panggilan kepada mereka.
Dikisahkan pula beberapa hambatan yang membuat mereka putus asa. Hal yang seringkali menjadi hambatan adalah benturan dengan kehendak orang tua dan keluarga. Di satu sisi panggilan Allah dirasakan begitu kuat, namun sisi lain tak mengijinkan dengan berbagai macam alasan. Dan inilah yang sering menjadi hambatan bagi tumbuh berkembangnya panggilan Allah. Maka dukungan keluarga pun sangat dibutuhkan dalam menjawab panggilan Allah. ”Kowe arep dadi suster? Ora usah, eman-emanlah. Manis-manis kok malah dadi suster, lagian urip ki mung sepisan.” ”Nah... justru yang manis itu untuk Tuhan, masak Tuhan diberi yang jelek-jelek terus......” (105).
Dengan bahasa yang sederhana dan menarik, para penulis mengisahkan pengalaman panggilan mereka. Oleh sebab itu kendati sudah banyak buku-buku serupa, buku ini tak kalah menariknya. Kisah sederhana namun memiliki arti penting untuk membuka pemikiran banyak orang yang seringkali jatuh dalam pandangan sempit akan panggilan Allah. Kisah-kisah yang ada dapat juga digunakan sebagai bahan aksi panggilan bagi anak-anak. Selain itu dapat juga digunakan untuk menumbuhkan keterbukaan hati orang tua dalam peran serta mereka menumbuhkan panggilan dalam diri anak-anak mereka. (St.Sigit Pranoto, SCJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar