Senin, 11 April 2011

Allah dan Teknologi bagi Net-Generation


Data Buku:

Judul Buku : www.god.co.id

Penulis : JAM’S (Jesuit Awet Muda Selalu)

Penerbit : Kanisius

Cetakan : I, 2009

Tebal : 180 halaman

Orang muda mana pada saat ini yang tidak mengenal handphone (HP), komputer, entah yang dekstop maupun laptop, game devices seperti PS2, PSP, Wii, Nintendo, iPod ataupun iPhone? Rasanya orang muda sekarang begitu akrab dengan gadget yang sudah disebutkan itu. Kemana pun mereka pergi gadget tersebut selalu mengiringi langkah mereka.boleh dikata itulah ”roh kedua” bagi orang muda zaman ini. Jika dalam sehari mereka tidak menggunakan gadget, dunia seakan kiamat dan terasa ada yang kurang dalam kehidupan ini. Tanpa kehadiran gadget tersebut kehidupan serasa sunyi tanpa arti..... (20-21).

I
tulah sedikit cukilan yang ada di salah satu artikel dalam buku www.god.co.id yang merupakan kumpulan sepuluh artikel terhadap dinamika kaum muda berhadapan dengan perkembangan teknologi. Kaum muda oleh Don Tapscott, seorang penulis yang bukunya dijadikan acuan di dalam Generasi Net: Generasi Hedonis, Narsis? salah satu artikel yang ada dalam buku ini (55-67), disebut sebagai Net-Generation.
Generasi ini meliputi mereka yang lahir antara tahun 1978 – saat ini. Generasi ini adalah generasi yang tumbuh dikelilingi oleh media digital.

Berbagai keprihatinan dan kritik dituai oleh generasi ini. Berbagai cap diberikan dan seolah-olah segalanya buruk.
Kritik berasal dari berbagai kalangan, termasuk di dalamnya kalangan agama. Umumnya kalangan agama menilai bahwa adanya kemajuan teknologi membuat orang-orang zaman sekarang semakin menjauhi Allah. Satu contoh klasik yang seringkali dilontarkan adalah semakin sedikitnya kaum muda yang pergi ke gereja. Namun, benarkah perkembangan teknologi itu sungguh menjauhkan generasi sekarang menjauhi Allah?

Kesepuluh artikel dalam buku ini mencoba menjawab keprihatinan ini. Ditulis dengan gaya bahasa khas anak muda, buku ini mengajak para pembaca, khususnya kaum muda untuk berpikir kritis terhadap perkembangan dunia teknologi. Kesepuluh artikel disusun sedemikian rupa, sehingga didapatkan sebuah urutan kronologis cara berpikir yang lebih kritis. Sedikitnya terdapat lima tahap proses menuju sebuah kesadaran dalam bersikap terhadap perkembangan teknologi, yang dapat kita ambil dari kesepuluh artikel setelah kita membacanya secara berurutan.


Pertama, kesadaran akan adanya zaman baru. Disadari atau tidak, perkembangan teknologi membawa sebuah gaya hidup dan spiritualitas yang baru bagi kehidupan manusia. Adanya perubahan ini perlu disadari oleh semua orang, tanpa terkecuali – baik mereka yang masuk dalam kategori net-generation maupun tidak.


Setelah kita menyadari adanya zaman baru dengan segala macam aspek positif-negatifnya, kita juga perlu menyadari adanya tantangan dalam zaman baru itu. Inilah tahapan kedua, yakni kesadaran akan tantangan yang diakibatkan kemajuan teknologi itu. Teknologi seakan menyihir kehidupan manusia. Dunia berubah, bahkan perubahan yang terjadi dirasakan sedemikian cepat. Banyak segi kehidupan manusia seakan tergantikan oleh adanya perkembangan teknologi. Misalnya, reklame yang dengan begitu menarik menawarkan berbagai sarana untuk kemudahan manusia. Kita ditawari berbagai hal agar hidup di zaman ini tak perlu susah-susah, termasuk nggak usah mikir. Berpikir dianggap sebagai sebuah pemborosan waktu. Akibatnya kita pun menjadi terbiasa santai. Inilah sihir teknologi yang menantang kita untuk lebih kreatif dalam menghadapinya.


Berbagai tawaran menarik dari teknologi tersebut mau tidak mau kita harus menghadapi secara bijak. Supaya tidak terperosok di dalamnya, kita perlu secara cermat memanfaatkannya. Kita juga perlu menyadari siapa diri kita berhadapan dengan teknologi itu. Teknologi merupakan sarana dan bukan tujuan dari hidup kita. Sebagai net-generation, kita pun perlu menyadari hal ini. Inilah tahap penting ketiga, kesadaran akan identitas diri berhadapan dengan teknologi.


Setelah menyadari identitas diri kita berhadapan dengan teknologi, kita pun perlu menyadari potensi yang ada dalam diri kita. teknologi seringkali justru melemahkan diri kita, terlebih saat kita mulai tergantung sepenuhnya pada benda-benda itu. Akibatnya, kita justru menjadi budak dari teknologi itu sendiri, seolah-olah tanpa kehadiran teknologi dunia kita menjadi hancur. Di sinilah kita perlu menyadari bahwa teknologi itu adalah ciptaan kita, bukan mereka yang menciptakan dunia kita. Kita ditantang untuk lebih produktif melalui berbagai sarana teknologi itu. Inilah tahap keempat dari proses hidup kita berhadapan dengan teknologi.


Gebrakan besar teknologi yang dikhawatirkan akan menjauhkan manusia dengan Allah sebenarnya tak perlu dicemaskan apabila setiap orang mempunyai kesadaran bahwa di balik semua kecanggihan teknologi itu ada satu hal yang tak dapat dijangkau. Dialah Allah, Sang Event Organizer. Kendati pun segala macam kebutuhan manusia nampaknya telah dipenuhi oleh kehadiran teknologi, akan tetapi di satu sisi manusia tidak bisa lepas dari Allah. Kesadaran inilah yang paling penting untuk dimiliki setiap orang. Kita mesti menyadari bahwa sehebat-hebatnya teknologi, masih ada yang mengunggulinya.

Itulah tahap kelima dari proses perjalanan yang ditawarkan dalam buku ini, dengan harapan bahwa kita akan semakin menyadari kehidupan kita berhadapan dengan berbagai kemajuan teknologi saat ini. (St Sigit Pranoto SCJ)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar