Judul : Rahasia di Balik Kisah Natal 2 Penulis : Surip Stanislaus, OFM Cap
Penerbit : Kanisius
Cetakan : I, 2007
Tebal : 88 halaman
Natal merupakan salah satu peristiwa iman yang dirayakan oleh umat Kristiani di seluruh dunia. Perayaan ”firman menjadi manusia’ (Yoh 1:14) ini menjadi salah satu perayaan besar yang dirayakan oleh umat Kristiani. ”Firman menjadi manusia” ini pada rumusan teologis selanjutnya disebut peristiwa inkarnasi. Secara populer kini peristiwa ini lebih dikenal dengan sebutan natal (natus = lahir).
Mungkin banyak orang bertanya-tanya, mengapa peristiwa agung ini hanya diceritakan begitu singkat dalam Kitab Suci, teristimewa dalam Injil. Bahkan dari keempat injil yang ada, hanya Matius dan Lukas yang menceriterakan secara cukup mendetail tentang peristiwa kelahiran Yesus, yang adalah Sang Firman dalam gambaran Injil Yohanes. Bagaimana pun peristiwa Kelahiran Yesus yang hanya dikisahkan secara singkat oleh Injil, tak akan mengurangi keyakinan (iman) kita akan Yesus sebagai Tuhan setelah kebangkitanNya, karena yang menjadi pangkal tolak iman Kristiani pertama-tama adalah pengalaman kebangkitan Yesus.
Buku dengan tebal 88 halaman ini memberikan gambaran tentang peristiwa Kelahiran Yesus dan peristiwa di sekitarnya dari perspektif Injil Lukas dan Yohanes. Dalam perspektif Lukas, penulis pertama-tama mengajak pembaca untuk melihat peristiwa kalahiran Yohanes Pembabtis sebagai awal mula karya Penyelamatan Allah. Berbagai latar belakang tentang peristiwa kelahiran Yohanes digambarkan secara detail, termasuk dengan situasi sosial dan religius masyarakat Yahudi.
Gambaran situasi sosial menjelaskan bagaimana pandangan sosial terhadap seorang wanita yang mandul. Pandangan sosial ini sekaligus dipengaruhi oleh pandangan religius masyarakat Yahudi, yang meyakini bahwa sebuah keluarga yang tak memiliki keturunan dianggap terkutuk oleh Allah. Pandangan ini amat melekat pada masyarakat Yahudi waktu itu, termasuk juga Zakharia yang juga meyakini hal ini. Keyakinan ini berakibat pada keraguannya akan warta yang diberikan oleh malaikat bahwa isterinya, Elisabeth yang sudah tua, akan mengandung. Ketidakyakinan inilah yang mengakibatkannya menjadi bisu sampai anak yang dikandung Elisabeth lahir.
Kelebihan dari buku ini adalah penulis tak hanya memberikan gambaran dari satu perspektif saja. Dalam peristiwa kelahiran Yohanes dan peristiwa-peristiwa lainnya, penulis mencoba menjelaskan seluruh peristiwa dengan membandingkannya dengan sejarah keselamatan Israel dalam Perjanjian Lama. Penulis melihat kembali peristiwa-peristiwa serupa yang turut mempengaruhi pandangan masyarakat Yahudi. Di sinilah salah satu keunggulan dari buku ini sehingga pembaca diajak membuka cakrawala berpikir mereka dari berbagai segi.
Sesudah menghantar pembaca pada peristiwa kelahiran Yohanes Pembabtis sebagai bagian dari rangkaian karya penyelamatan Allah, penulis mengajak pembaca pada peristiwa kelahiran Yesus. Dijelaskan pula latar belakang sosial-religius masyarakat dalam peristiwa kelahiran Yesus itu, antara lain kebiasaan mengunjungi saudari yang lebih tua yang sedang mengandung (bdk. Kisah Maria mengunjungi Elisabeth dalam Lukas 1:39-56). Dalam penjelasan tentang peristiwa kelahiran Yesus ini juga diberikan latar belakang situasi politik yang terjadi waktu itu. Kelahiran Yesus sebagai Penyelamat, Pembawa Damai (Pax Christi) diperbandingkan dengan kekuasaan Kaisar Agustus yang mempropagandakan dirinya sebagai pembawa damai dalam kekaisarannya (Pax Augustae). Demikian seluruh gambaran kelahiran Yesus dijelaskan cukup mendetail sampai pada masa kanak-kanak Yesus, di mana Ia berdebat dengan para alim ulama di Yerusalem. Singkatnya, penulis ingin mengajak pembaca untuk melihat latar belakang di balik peristiwa-peristiwa itu dan mengajak pembaca melihat karya Allah dibalik peristiwa itu semua.
Dari perspektif Yohanes, penulis menjelaskan kisah yang seringkali sulit dipahami oleh umat, yakni kisah seputar ”Firman menjadi manusia” (Yoh 1:1-18). Pertama-tama penulis menjelaskan bagaiman kedudukan Firman (Logos) itu dalam pandangan masyarakat Yahudi yang telah dipengaruhi oleh pola pikir Yunani. Dalam masyarakat Yahudi, Firman mempunyai kedudukan penting dalam seluruh peristiwa hidup mereka. Bagi mereka Firman bukan sekedar kata-kata, tapi sesuatu yang berdaya cipta dan memberi hidup (80). Ini sejalan dengan pandangan orang Yunani tentang Firman (Logos), yang meyakininya sebagai kekuatan Allah sendiri. Selanjutnya pemaparan Yohanes tentang Firman menjadi manusia, ingin memperkenalkan bahwa Yesus itulah Firman itu sendiri.
Dari seluruh pemaparan tentang peristiwa di seputar kelahiran Yesus ini, penulis mencoba untuk menjawab berbagai pertanyaan di seputar kelahiran Yesus itu. Dengan demikian buku ini sangat membantu umat memahami peristiwa iman yang setiap tahun dirayakan. Buku ini sekaligus dapat digunakan sebagai kursus ringkas dalam memahami Kitab Suci. (St. Sigit PranotoSCJ)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar