Senin, 11 April 2011

Memperdalam Teologi Spiritual

Data Buku:
Judul Buku : Teologi Spiritual
Penulis : Paulinus Yan Olla MSF
Penerbit : Kanisius
Cetakan : I, 2010
Tebal : 234 halaman

Sebagai sebuah cabang ilmu, Teologi Spiritual masih terasa asing di kalangan umum. Teologi Spiritual seringkali disalahartikan dan disamakan dengan bacaan saleh tentang santo-santa atau renungan rohani sehingga diingkari aspeknya sebagai sebuah cabang Teologi. Pengenalan bidang Spiritualitas Kristiani dari aspeknya sebagai teologi seringkali kurang dipahami.

Sebagai sebuah cabang ilmu teologi, Teologi Spiritual mempunyai obyek khas yakni berupa refleksi sistematis atas pengalaman relasi dinamik manusia-Allah menuju kesatuan relasi yang disebut kesucian atau kesempurnaan manusia dalam kasih.

Melalui buku ini, penulis bermaksud memberikan sebuah introduksi untuk memperkenalkan bidang Spiritualitas Kristiani itu dari aspeknya sebagai teologi. Pengenalan ini harus diikuti pula oleh usaha mengintegrasikan refleksi teologis dengan pengalaman. Hal ini akan membantu dalam usaha menghindari sebuah pengalaman yang tidak mempunyai basis teologis yang kuat. Demikian juga dihindari sebuah Teologi Spiritual yang terlalu jauh dari pengalaman rohani.

Sebagai sebuah introduksi, pembahasan disusun secara sistematis sehingga dapat menghantar pembaca pada sebuah pemahaman yang lebih mendalam. Pertama dibahas konsep-konsep dasar Spiritualitas (Bab I) yang diikuti dengan pembahasan mengenai Teologi Spiritual sebagai cabang teologi (Bab II). Pada bab III, pembaca diajak untuk mendalami berbagai tema yang dibicarakan dalam Teologi Spiritual, khususnya tema-tema refleksi teologis spiritual yang berkembang saat ini. Pada bagian terakhir, penulis memberikan sebuah tawaran sistematisasi pengajaran Teologi Spiritual dengan berpangkal pada pendekatan metode berteologi Bernard Lonergan.

Selain bagi mereka yang ingin mengenal apa itu Spiritualitas dan Teologi Spiritual, buku ini sangat cocok untuk para mahasiswa teologi. Bagi mereka, buku ini dapat memberikan sumbangan dalam kerangka pencarian identitas sebagai sebuah cabang teologis. Dan bagi para dosen teologi atau siapa saja yang berminat mengadakan penelitian lebih lanjut, buku ini membuka perspektif dalam memetakan garis besar pemahaman masalah-masalah Teologi Spiritual. (St Sigit Pranoto SCJ)

*Naskah tidak diterbitkan.

BENARKAH AGAMA SUMBER KEJAHATAN?

Data Buku:
Judul : Benarkah Agama Berbahaya?
Judul Asli : Is Religion Dangerous?
Penulis : Keith Ward
Penerjemah :L. Prasetya Pr
Penerbit : Kanisius
Cetakan : 1, 2009
Tebal : 271 hal


Akhir-akhir ini banyak terjadi kekerasan dan kejahatan yang terjadi dengan mengatasnamakan agama. Agama dipakai sebagai pijakan berlindung dalam melakukan aksi kejahatan. Ambil contoh saja dengan beberapa kasus yang terjadi di Indonesia, seperti konflik di Ambon yang acapkali di anggap sebagai konflik antaragama, tindak terorisme yang mengatasnamakan pembelaan terhadap agama. Berbagai tindakan kejahatan tersebut semakin membuat agama disebut-sebut sebagai sumber kejahatan. Ini menjadi sebuah tantangan bagi keberadaan agama di masyarakat sekular modern ini.

Tak hanya itu, tantangan lain yang dihadapi oleh agama yakni berkaitan dengan rasionalisasi yang acapkali dilakukan manusia terhadap sejumlah ajaran dan doktrin-doktrin agama. Tantangan ini bisa kita lihat dengan semakin sedikitnya orang yang pergi ke tempat-tempat ibadah: gereja mulai sepi dengan umat, masjid-masjid semakin lengang, dan beberapa tempat ibadah lain yang mulai banyak ditinggalkan oleh umatnya.

Banyak orang mulai mempertanyakan kembali doktrin-doktrin yang ada dalam agama dan menganggapnya tak masuk akal. Semakin banyak orang merasa bahwa agama justru banyak menghambat perkembangan peradaban manusia dengan sejumlah aturan dan larangan yang ada. Agama sering dianggap sebagai sesuatu yang menakutkan dan oleh sebab itu harus dilawan. Inilah yang menjadi keprihatinan banyak orang, khususnya para tokoh agama yang ingin tetap setia kepada keyakinannya.

Dalam buku Benarkah Agama Berbahaya? ini, Keith Ward – seorang filsuf dan teolog terkemuka di Inggris, mencoba untuk menganalisa pertanyaan ini dari aspek sejarah, filsafat, sosiologi dan psikologi. Ia menyajikan argumentasinya dengan mengurai agama dan kekerasan, kemudian menilai pernyataan-pernyataan yang irasional dan imoral, dan akhirnya mengeksplorasikan bahwa agama yang baik itu telah berlangsung selama berabad-abad.

Melalui uraiannya yang cukup panjang dan lengkap, penulis mengajak pembaca pada sebuah kesimpulan bahwa tanpa agama bumi ini akan menjadi jauh lebih buruk dan hanya akan ada sedikit harapan bagi masa depan. Keyakinan ini membuktikan bahwa agama bukanlah sumber segala kejahatan dan kekerasan yang pernah dan akan terus terjadi. Justru agama merupakan hati yang berbela rasa terhadap dunia yang dingin dan tanpa hati. (
St Sigit Pranoto SCJ)

*Naskah tak diterbitkan.

Berani memperbarui diri

Data Buku:

Judul Buku : XXI Interupsi

Penulis : Jost Kokoh

Penerbit : Kanisius

Cetakan : I, 2010

Tebal : 255 halaman


Ecclesia reformata semper reformanda! Ungkapan tersebut mewakili isi dari tulisan yang ada dalam buku “XXI Interupsi” ini. Buku ini berisi biografi 21 tokoh besar dalam Gereja Katolik yang mencoba memberikan gagasan-gagasan pembaruan mereka bagi Gereja. Mereka pada umumnya adalah para pendiri tarekat-tarekat religius serta kardinal-kardinal yang dengan berani menyuarakan pembaruan bagi Gereja.

Pembaruan yang diserukan bukan dalam arti gerakan perlawanan terhadap kebijakan atau pun doktrin Gereja yang ada, namun melalui cara hidup yang mereka jalankan. Penghayatan iman yang dilakukan merupakan langkah yang ditempuh oleh para tokoh yang disajikan dalam buku ini.

Biografi singkat yang dipaparkan penulis lebih menitikberatkan pada gambaran tokoh yang ditampilkan dalam menghayati imannya berhadapan dengan situasi di sekitarnya. Di sana disajikan bagaimana riwayat hidup, perannya dalam gereja, serta bagaimana keutamaan iman yang dihayatinya sebagai anggota Gereja.

Selain menyajikan biografi, penulis memberikan juga refleksi teologis sebagai sebuah acuan bagi penghayatan hidup beriman saat ini. Tokoh dan refleksi ditulis dengan gaya bahasa yang sederhana sehingga isinya mudah untuk ditangkap oleh pembaca. Point-point refleksi disajikan dalam bahasa yang menarik dan disertai dengan joke-joke ringan sehingga pembaca lebih mudah mencerna isi dari setiap refleksi yang ada.

Sebagai sebuah buku biografi yang disertai dengan refleksi teologis akan hidup tokoh yang ditampilkan, buku ini tidak kalah menariknya dari buku tentang kisah santo-santa yang pernah ada. Cara penyajian yang baru dan berbeda dari buku-buku lainnya, merupakan kekhasan tersendiri dari buku ini. Dan akhirnya, buku ini membantu pembaca dalam meneladan cara hidup beriman dari tokoh-tokoh yang disajikan serta menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari. (St Sigit Pranoto SCJ)

*Dimuat di majalah HIDUP, 5 September 2010 halaman 34.



Mempersiapkan Kaum Muda

Data Buku:
Judul Buku : Orang Muda Mencari Jati Diri
Penulis : Paul Suparno SJ

Penerbit : Kanisius
Cetakan : I, 2011
Tebal : 336 halaman

”Dion paling suka membanggakan diri dengan mobil barunya. Tentu bukan ia yang membeli, tetapi dari papinya yang memang sangat kaya. Berkali-kali ia berganti model mulai dari Jazz sampai BMW. Dengan mobil baru itulah, ia mencoba mencari pacar, siapa tahu cewek-cewek zaman sekarang tergiur dengan mobilnya dan akhirnya takluk kepadanya. Yang menarik, cewek yang sungguh cerdas dan mengerti siapa Dion tidak tertarik. Memang dari kepribadiannya Dion tidak menarik sama sekali, ia tidak supel, otaknya tidak berisi, dan juga cara bergaulnya kurang bernilai tinggi. Bagi cewek elite, ia sama sekali tidak berarti; bagi cewek biasa pun, tidak mengesankan” (116).

Kisah di atas merupakan salah satu ilustrasi yang dipakai penulis sebelum membahas sebuah tema yang disajikan dalam buku ini. Dengan gaya penulisan yang khas, penulis mengajak pembaca, khususnya para kaum muda untuk menyadari berbagai tantangan zaman serta memberikan masukan bagaimana sikap yang harus dilakukan.

Buku ini berisi 56 topik tentang berbagai segi yang seringkali dihadapi kaum muda. Setiap topik dapat dibaca lepas sehingga pembaca bisa memilih sesuai dengan kebutuhan. Bahan-bahan yang ada juga bisa dipergunakan dalam permenungan bersama dalam kelompok di mana pertanyaan refleksi yang disajikan di setiap akhir topik bisa digunakan sebagai penuntun sharing pengalaman hidup yang dapat memperkaya anggota.

Secara garis besar, buku ini dikelompokkan dalam tiga bagian. Pertama, berisi sejumlah topik tentang karakter, sikap, dan semangat yang perlu dikembangkan kaum muda berhadapan dengan tantangan di zaman modern ini. Kedua, berisi sikap dan karakter yang perlu dikembangkan dalam berhadapan dengan orang lain, masyarakat, negara dan alam lingkungan. Ketiga, berisi pencarian dasar religius dalam batin, kemampuan melatih kejernihan batin, terutama dalam mengerti tawaran yang baik dan buruk, dan bagaimana dapat mengerti kehendak Tuhan.

Buku ini sangat cocok dibaca oleh kaum muda dalam mencari jati diri dalam dunia yang penuh dengan tawaran nilai ini. Dengan membaca buku ini, diharapkan kaum muda dapat memegang nilai hidup yang kuat, kritis, peka terhadap berbagai tawaran, dan bijak dalam membuat keputusan. Selain itu, buku ini juga cocok dibaca oleh para orangtua untuk lebih memahami pergulatan kaum muda, sehingga diharapkan membangun sebuah keterbukaan dalam diri orangtua terhadap kaum muda. (St Sigit Pranoto SCJ)

*Dimuat dalam majalah HIDUP, 23 Januari 2011, halaman 40

Memperkenalkan Kitab Suci Melalui Komik

Data Buku:

Judul Buku : Komik Kitab Suci

Ilustrator : Jose Perez Montero

Teks : Ben Alex

Penerbit : Kanisius

Cetakan : I, 2010

Tebal : 40 halaman


Komik bisa menjadi sarana efektif untuk menyampaikan sebuah pesan. Semua jenjang usia, khususnya anak-anak, komik menjadi bahan bacaan naratif yang menarik. Sebuah pesan pada umumnya akan lebih mudah ditangkap bila disampaikan dengan ilustrasi yang menarik.

Demikian juga dengan pesan Kitab Suci, kiranya akan lebih mudah ditangkap bila disajikan dengan ilustrasi yang menarik. Memang, selama ini sudah banyak diterbitkan buku-buku ulasan tentang Kitab Suci. Namun hal itu dirasa belum dapat dijangkau oleh segala jenjang usia, khususnya anak-anak. Ini menjadi keprihatinan bersama.

Hadirnya buku Komik Kitab Suci ini menjadi sebuah jawaban dalam mengatasi keprihatinan bersama itu. Buku ini berisi 16 kisah dari Perjanjian Lama dan 13 kisah dari Perjanjian Baru. Kisah-kisah yang diangkat antara lain: kisah awal mula dunia, kejahatan manusia, sejarah bangsa terpilih, penebusan umat Allah, pemberitaan Injil dan penciptaan dunia baru.

Semua kisah dikemas secara ringkas, dihiasi aneka ragam kreasi, diolah selaras dengan pola pikir dan bahasa anak-anak. Gambar-gambar ilustrasi dikemas dengan warna-warna yang sesuai sehingga pembaca, khususnya anak-anak bisa lebih mudah masuk dalam alur kisah. Hal ini memudahkan anak untuk menangkap dan mengingat pesan yang disampaikan. Dengan demikian, anak-anak diharapkan akan semakin mencintai Kitab Suci.

Selain bagi anak-anak, buku ini juga cocok bagi jenjang usia lainnya yang ingin membaca kisah dalam Kitab Suci dengan lebih rileks. Sebab itu, buku Komik Kitab Suci ini juga menjadi sarana bagi mereka yang ingin menyegarkan diri dengan kisah rohani yang ada dalam Kitab Suci. (St Sigit Pranoto SCJ)

*Dimuat dalam Majalah HIDUP, 20 Februari 2011, halaman 47.


AGAMA SUMBER KEJAHATAN?

Data Buku:
Judul : Benarkah Agama Berbahaya?

Judul Asli : Is Religion Dangerous?

Penulis : Keith Ward

Penerjemah :L. Prasetya Pr

Penerbit : Kanisius

Cetakan : 1, 2009

Tebal : 271 hal


Apa yang dipaparkan oleh Keith Ward dalam buku ”Benarkah Agama Berbahaya?” ini merupakan sebuah pembelaan terhadap agama yang seringkali dianggap sebagai sumber kejahatan dan kekerasan. Penulis mengulasnya dari berbagai sudut pandang: sejarah, filsafat, sosiologi, dan psikologi.


Secara beruntun, penulis menyampaikan argumentasinya bahwa agama bukanlah seperti yang dikatakan oleh banyak orang: agama menakutkan dan harus dilawan karena merusak pikiran, agama menuntun ke terorisme dan kekerasan, keyakinan-keyakinan religius itu irasional dan imoral, dan tidak ada tempat dalam masyarakat sekular modern. Responnya terhadap berbagai pandangan banyak orang tersebut dibagi dalam empat bagian pokok: agama dan kekerasan, rasional dan tidaknya keyakinan religius, moral atau tidaknya keyakinan religius, dan sisi positif-negatif dari agama.

Agama dan Kekerasan

Akhir-akhir ini sering terjadi tindak kejahatan yang dilakukan oleh orang yang mengatasnamakan agama. Ambil contoh saja terorisme yang terjadi di Indonesia. Berbagai kasus bom bunuh diri yang mengatasnamakan pembelaan terhadap agama, konflik yang melibatkan dua kelompok besar – yang dianggap mewakili kepentingan agama tertentu, dan berbagai contoh kasus lain yang dianggap sebagai persoalan antaragama.

Adanya berbagai kasus tersebut mau tak mau menghantarkan orang pada suatu kesimpulan bahwa agama hanyalah menjadi sumber konflik. Dengan kata lain, agama menjadi penyebab utama terjadinya kekerasan atau tindak kejahatan. Benarkah anggapan tersebut?

Menanggapi hal ini, penulis mencoba menganalisanya dari segi sosiologis dan psikologis. Dari aspek sosiologis, agama seringkali dijadikan sebagai identitas sosial suatu masyarakat yang dapat memainkan peranan dalam kerasnya konflik-konflik sosial. Apabila agama dijadikan sebagai identitas sosial, maka mau tak mau konflik-konflik sosial dikaitkan dengan agama tertentu.


Berkaitan dengan ini, penulis menyampaikan argumen untuk melawannya dengan analisa sejarah: ”Agama terlibat dalam kekerasan, khususnya di mana agama menjadi penanda identitas dalam situasi konflik sosial. Agama sering menjadi suara moderasi dan rekonsiliasi, itulah peran yang benar, seperti dokumen-dokumen Kitab Suci dari semua agama besar dunia. Tanpa agama, bukti sejarah menunjukkan dengan jelas, bahwa masih ada perang dan kekerasan di muka bumi..... Dengan agama ada kesempatan bahwa, sekurang-kurangnya tempat, untuk sementara, dan lebih luas, kebaikan akan berjalan baik di muka bumi.” (108).


Agama dan Rasio


Di era sekular modern ini agama banyak ditinggalkan. Seakan agama tak menyumbang apa-apa bagi peradaban manusia, justru sebaliknya, agama menjadi penghambat berkembangnya peradaban manusia yang semakin modern. Sebagai bukti, gereja-gereja mulai kosong, masjid-masjid mulai sepi, dan berbagai tempat keagamaan mulai surut dengan orang-orang yang akan beribadah.


Fenomena ini menjadi keprihatinan bagi banyak tokoh agama yang mencoba untuk tetap setia. Keprihatinan ini dinilai sebagai akibat dari rasionalisasi yang semakin meluas. Banyak orang mempertanyakan kembali apakah doktrin-doktrin dalam agama masuk akal atau tidak. Pada umumnya, mereka yang mulai meninggalkan agama menganggap bahwa doktrin dan berbagai ajaran dalam agama tidak masuk akal, bahkan justru menjadi penghambat dari kebebasan manusia.


Buku Benarkah Agama Berbahaya? ini juga mencoba mengulas keprihatinan ini. Penulis memberikan berbagai argumen filosofis dan psikologis untuk menerangkan bahwa agama masih tetap mempunyai peran penting bagi hidup manusia dewasa ini. Agama tetap masuk akal dan berguna.


Apakah Agama Berbahaya?


D
engan berbagai bukti yang diungkapkan dalam buku yang berjudul asli Is Religion Dangerous? ini, penulis mengutip uraian Karl Marx bahwa agama merupakan hati yang berbela rasa terhadap dunia yang dingin dan tanpa hati. Kendati banyak kejahatan yang terjadi atas nama agama, namun penulis yakin bahwa tanpa agama bumi ini akan menjadi jauh lebih buruk, dan hanya akan ada sedikit harapan bagi masa depan. (St Sigit Pranoto SCJ)

*Dimuat dalam Jurnal FENOMENA Vol VII?No.1/2010, halaman 80-81

Sebuah Langkah menjadi Pembimbing Retret

Data Buku:

Judul Buku : Biji Sesawi Memindahkan Gunung

Penulis : Drs. Antonius Purbiatmadi, M.A. dan Marcus Supriyanto, S.Si.

Penerbit : Kanisius

Cetakan : I, 2010

Tebal : 272 halaman


Seringkali orang terbelenggu dengan paradigma yang mengatakan bahwa pembimbing retret itu harus berasal dari kalangan biara, baik pastor, bruder, frater maupun suster. Anggapan tersebut justru membuat banyak umat kesulitan untuk mendapatkan tim pembimbing retret. Maka dari itu, paradigma yang ada perlu diperbaharui: pembimbing retret tidak harus dari kalangan biara.

Hadirnya buku ini merupakan salah satu jawaban atas keprihatinan yang ada. Buku ini memberikan sebuah jalan keluar untuk menghadapi kendala yang ada. Dan dengan buku ini, kaum awam diajak untuk menjadi pemandu retret.

Secara khusus, buku ini berisi sebuah latihan dan panduan bagi seorang pembimbing retret. Panduan yang diberikan merupakan hasil dari pengalaman para penulis selama menjadi pendamping retret. Secara khusus, buku ini menghadirkan sebuah latihan praktis untuk mendampingi pelajar dan kaum muda dalam mengembangkan talenta secara terarah.

Sebagai sebuah buku panduan retret, para penulis menyajikan secara lengkap hal-hal yang berkaitan dengan pelaksanaan retret. Ada dua bagian yang disajikan dalam buku panduan ini. Bagian pertama berisi sebuah contoh tentang hal-hal yang sifatnya teknis dan praktis dalam retret: tatalaksana retret, tata tertib retret, dan jadwal acara retret.

Sedangkan bagian kedua memberikan beberapa contoh panduan materi yang disusun secara berkesinambungan dalam mendampingi pelajar dan kaum muda mengembangkan talenta secara terarah. Isi dari materi yang ada begitu kompleks, yakni dari Kitab Suci yang dipadukan dengan berbagai bidang ilmu lain seperti psikologi terapan, ilmu kesehatan, moral dan situasi aktual remaja saat ini.

Selain itu, disajikan pula beberapa contoh permainan dan lagu penyegar serta buku harian peserta retret. Maka dari itu buku ini sangat cocok dipakai oleh siapa saja yang berminat untuk menjadi pendamping retret atau pun mereka yang sudah lama terjun sebagai pendamping retret. Akhirnya, melalui buku ini diharapkan agar kesulitan mencari pendamping retret semakin dapat teratasi dengan mudah karena munculnya pendamping-pendamping retret yang baru. (St Sigit Pranoto SCJ)

*Dimuat dalam Majalah HIDUP, 04 Juli 2010, halaman 38